BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sejarah filsafat merupakan sejarah pertarungan antara akal dan hati
(iman) dalam berebut dominasi untuk mengendalikan jalan manusia. Terkadang akal
memenangkan pertarungan dan kadang sebaliknya. Dominasi salah satunya saja akan
membahayakan kehidupan manusia. Idealnya adalah terwujudnya keseimbangan dan
keserasian antara kedua unsur penting tersebut dalam menuntut kehidupan umat
manusia.
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis
dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup
yang total tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan
seseoarng. Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia
dan problema yang dihadapinya.
Pengertian yang bersifat teoritis seperti yang dilahirkan filsafat
Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang
kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia melakukan lompatan besar
dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan. Perubahan itu
mendorong manusia memikirkan kembali tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi
perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku,
karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat
hubungan timbal balik. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi
dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat
yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang di atas, maka penulis akan membahas:
·
Apa
yang di maksud dengan filsafat pendidikan?
·
Bagaimana
konsep filsafat pendidikan?
·
Apa
saja fungsi filsafat pendidikan?
·
Bagaimana
hubungan filsafat dan pendidikan?
C.
TUJUAN
DAN KEGUNAAN PENULISAN
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini agar penulis dan pembaca lebih tahu akan
pentingnya mengetahui filsafat pendidikan.
·
Pembaca
dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan.
·
Pembaca
mengenal konsep filsafat pendidikan.
·
Pembaca
mengetahui beberapa fungsi filsafat pendidikan.
·
Pembaca
tahu mengenai hubungan filsafat dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari
kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah
dan kebijaksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily (1984: 9) mengatakan bahwa
filsafat menurut asl katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian,
dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat
adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah, dan
bijaksana.[1]
a.
Definisi
Filsafat Menurut Para Filsuf Secara Terminologi
1.
Plato
(427SM-347SM) (Filsuf Yunani Kuno)
Seorang Filsuf
Yunani yang termasyhur, murid Socrate dan guru Aristoteles, mengatakan;
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).[2]
2.
Aristoteles
(384SM-322SM) (Filsuf Yunani Kuno)
Mengatakan; Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda)
3.
Marcus
Tullius Cicero (106SM-43SM) (Filsuf Romawi Kuno)
Seorang politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan bahwa;
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang Maha Agung dan usaha-usaha
untuk mencapainya.
4.
Al-Farabi
(950M) (Filsuf Islam di Dunia Timur)
Filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Shina,
mengatakan; Filsafat adalah Ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5.
Prof. Dr. Fuad Hasan
(Guru Besar Psikologi UI)
Beliau menyimpulkan bahwa; Filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu Filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
6.
Drs. H. Hasbullah Bakry
(Pengarang Buku)
Beliau merumuskan; Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauhnya yang
dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
7.
Rene Descartes (Filsuf
Perancis)
Menurut Rene Descrates,
Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikannya.
8.
Francis Bacon (Filsuf
Inggris)
Menurut Francis Bacon, Filsafat
merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan
dari bidangnya.
9.
Jhon Dewey (Filsuf
Amerika Serikat, Penganut Madzhab Pragmatisme)
Sebagai tokoh Pragnatis,
Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu
pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara teru-menerus dalam upaya
melakukan penyasuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap
kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang
tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu
alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru
dalam suatu kebudayaan.
10.
Epicuros (Filsuf
Yunani, Pendiri Madzhab Epikuros)
Epicuros memandang filsafat sebagai jalan
mencari kepuasan dan kesenangan dalam hidup. Filsafat berguna untuk praktek
hidup didunia. Ia membentuk pandangan dunia dan sikap hidup, dengan terjawabnya
masalah-masalah yang rumit (menggelisahkan filosof), puaslah dia. Pengertian
sempit membawa orang sempit berfikir. Filsafat membawa kepada berfikir luas dan
dalam sehingga menimbulkan kepuasan.[3]
11.
Gottfried Leibniz (Filsuf
Jerman)
Leibniz membandingkan filsafat dengan akar suatu pohon, maka dahan-dahan
pohon itu terjadi dari ilmu yang lain satu demi satu. Dahan tumbuh dan diberi
makan oleh akar. Tanpa akar dahan itu akan layu dan akan mati. Demikian
perbandingan antara filsafat dan ilmu.
12.
Johan Gotlieb Fichte
(1762-1814) (Filsuf Jerman)
Fickte menyebutkan filsafat sebagai Wissenchaftslere:
ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
13.
Herbert Mercuse (Filsuf
Jerman)
Herbert berpendapat bahwa kewajiban
filsafat ialah mengerjakan pengertian-pengertian yang dipakai ilmu-ilmu
yang lain.
14.
Paul Nartrop
(1854-1924) (Fisuf Jerman)
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunujukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya.
15.
Windelband (Filsuf
Jerman)
Windelband mengatakan sifat filsafat: merentang pikiran sampai
sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata.
16.
Al-Kindi (Filsuf Islam
di Dunia Timur)
Al-Kindi sebagai ahli fikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan
pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga
lapangan:
a.
Ilmu Fisika (Al-Ilmu-At-Thabiyyat),
merupakan tingakatan terendah.
b.
Ilmu Matematika (Al-Ilmu-Ar-Riyadhi),
merupakan tingkatan tengah.
c.
Ilmu Ketuhanan (Al-Ilmu-Ar-Rububiyyah),
merupakan tingkatan tertinggi.
17.
Ibnu Sina (Filsuf Islam
di Dunia Timur)
Ibnu Sina juga membagi filsafat dalam teori dan praktek. Kedua itu
dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang
menjelaskan dan kelengkapannya didapatkan dengan tenaga akal manusia.
18.
Notonegoro (Suami dari
Gusti Kanjeng Ratu Hayu, putri keempat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X)
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutla, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
19.
Nicolaus Driyakarya
(Dosen Filsafat di Yogyakarta, dan Guru Besar Luar Biasa di Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia)
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai
“mengapa yang penghabisan”.
20.
Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang
segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
21.
Harold H. Titus (1979)
(Filsuf Amerika)
a.
Filsafat adalah
sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
b.
Filsafat adalah suatu
usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
c.
Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian
(konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang
dicirikan jawabannya oleh para filsuf.
22.
Stephen R. Toulmin
(Filsuf Inggris)
Menyatakan bahwa, filsafat adalah
sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-pertama menjelaskan
unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya, serta selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika.
23.
Prof. Mr. Muhammad
Yamin (Sastrawan, Sejarawan, Budayawan, Politikus, dan Ahli hukum yang telah
dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia)
Filsafat ialah pemusatan pikiran,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan
24.
Prof. Dr. Ismaun, M.
Pd. (
Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara
kritis, sistematis, fundamentalis, universal, integral, dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan dan kearifan atau
kebenaran yang sejati).
25.
Bertrand
Rusel (Filsuf Britania Raya)
Filsafat adalah sesuatu yang berada di
tengah-tengah antara teologis dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat
berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan
definitif tentangnya, smpai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan. Namun,
seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas
tradisi maupun otoritas wahyu.
b.
Pengertian
Filsafat Menurut Pendapat Individu
Dari kata falsafah yaitu suatu keadaan/kondisi
yang didapatkan dari hasil perenungan/kajian yang mendalam sehingga dapat
dimengerti maksudnya/artinya. Filsafat merupakan hasil dari falsafah. Jadi,
Filsafat sendiri adalah Ilmu yang mempelajari tentang Falsafah. Orang yang mempelajari
disebut Filusuf.
Filsafat merupakan hasil dari perenungan, perenungan
yang sangat dalam dari para filsuf, jadi out put (hasil) dari filsafat
merupakan suatu jawaban terhadap suatu masalah yang mungkin tidak bisa di
pecahkan dengan logika, tidak seperti ilmu pasti (eksak), filsafat lebih
mengutamakan pendekatan berdasarkan naluri, insting, pertanda dan kejadian
alam, yang bagi ilmu pasti tidak bisa di uraikan dengan nalar dan akal sehat,
keseimbangan yang unik antara yang pasti (eksak) dan masuk akal dengan sesuatu
di luar penalaran manusia biasa.
B.
FILSAFAT
PENDIDIKAN
Merupakan terapan dari filsafat umum, maka
selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat,
yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme,
dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat
pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak
aliran filsafat itu sendiri Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan
pada dua kelompok besar, yaitu:
a) Filsafat pendidikan “progresif”.
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey,
dan romantik naturalisme dari Roousseau, yaitu:
b) Filsafat pendidikan “Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme
(humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.
C.
KONSEP
FILSAFAT PENDIDIKAN
i.
Landasan
Pemikiran
Untuk
menyusun dan mengembangkan pemikiran filsafat mengenai pendidikan, maka pola
dan sistem pemikiran filsafat secara umum. Pola pemikiran tersebut meliputi:
a) Pemikiran filsafat harus bersifat sistematis, artinya
bahwa cara berpikir bersifat logis dan rasional mengenai hakikat persoalan yang
dihadapinya.
b) Tujuan terhadap persoaln yang dihadapi bersifat
radikal, artinya menyangkut permasalahan-permasalahan mendasar sampai
akar-akarnya.
c) Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal.
d) Pemikiran dilakukan lebih bersifat spekulatif.[4]
ii. Tujuan Filsafat Pendidikan
Dengan
berbagai cabang merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang
terus berkembang secara dinamis. Filsafat pendidikan sesuai dengan perannya,
merupakan landasan filosofis yang menjadi dasar pokok seluruh kebijakan dan
pelaksanaan dasar bagi pelaksanaan pendidikan baik bagi guru atau pengajar dan
semua pendidik.
Dalam
proses pendidikan berkembang secara alamiah dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan perkembangan secara alamiah ialah kedewasaan dan kematangan.
Sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh dan berkembang menuju
tingkat kedewasaan dan kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila kondisi
alamiah dan sosial manusia memungkinkan seperti iklim, makanan, kesehatan,
keamanan sesuai dengan kebutuhan manusia.[5] tujuan
pendidikan, kurikulum, metode, penilaian, administrasi dan alat mengajar yang
merupakan aspek pendidikan yang harus bergantung pada filsafat pendidikan yang
memberi
arah,
menunjukkan jalan yang dilalui dan meletakkan dasar-dasar dan prinsip di tempat tegaknya.
D.
FUNGSI
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan
filsafat dan kaidahnya dalam bidang pendidikan.
Adapun fungsi filsafat pendidikan antara lain:
a) Untuk memahami sistem pengajaran
b) Menganalisa konsep-konsep dan istilah-istilah
c) Untuk mengkritik asumsi-asumsi dan fakta-fakta
d) Untuk membimbing asas-asas pendidikan
e) Menerima perubahan-perubahan dasar
Disinilah dapat dipahami bahwa pembaharuan dan inovasi
agar sesuai dengan pendidikan masa depan atau hari esok, sebab pendidikan pada
dasarnya menyiapkan generasi-generasi untuk masa depan bukan hanya untuk
sekarang.[6]
E.
HUBUNGAN
FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
As-Syaibani memberi batasan dalam hubungan antara
filsafat umum dan filsafat pendidikan sebagai berikut:
a. Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan
filsafat dan kaidah falsafah dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut
dengan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran teratur yang
menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu dapat menjelaskan
nilai-nilai lain yang diusahakan untuk mencapainya. Maka, filsafat, falsafah
pendidikan dan pengalaman manusia merupakan tiga unsur yang bersatu padu.
b. Falsafah pendidikan adalah aktifitas yang dilakukan
oleh pendidik dan filosof untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan
mengubah proses pendidikan selaras dengan masalah-masalah kebudayaan dan
unsur-unsur yang bertentangan di dalamnya. Batasan tersebut tidak berarti
mempelajari filsafat pendidian begitu saja, melainkan mempelajarinya karena
percaya bahwa kajian itu sangat penting untuk mengembangkan pandangan terhadap
proses pendidikan. Di samping itu penting untuk dapat memperbaiki kaeadaan
pendidikan. Persoalan pendidikan meliputi: bimbingan, penilaian, dan metode
baru sangat diperlukan.
BAB III
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan makalah di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Filsafat pendidikan dapat menolong para perancang pendidikan
dan orang yang membutuhkannya untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses
pendidikan, di samping itu dapat menolong terhadap tujuan dan fungsinya serta
meningkatkan mutu pendidikan serta penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
2) Filsafat pendidikan dapat membentuk asa untuk
menentukan pandangan kajian yang umum. Termasuk kurikulum, kaedah-kaedah
pengajaran dan kebijakan yang harus dibuat.
3) Filsafat pendidikan dianggap sebagai asas atau dasar
yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang terbaik untuk penilaian
pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha
dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, perguruan tinggi secara umum untuk
menddik warga negara dan segala yang berhubungan dengan pendidikan.
4) Filsafat pendidikan memberi corak dan pribadi khas dan
istimewa sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama dan nilai umat
Islam. Di samping itu memberi corak kebudayaan, perekonomian, sosial, politik
untuk tuntunan masa depan umat.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, H. 1990. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:
Kota Kembang.
Arifin, H.M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Idi, Abdullah dan Jalaluddin. 2013. Filsafat Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Langgulung, H. 1987. Asas-asas Pendidikan Islam.
Jakarta: Al-Husna.
Madkour, Ibrahim. 1993. Filsafat Islam Metode dan
Penerapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
M. Noorsyam. 1979. Filsafat Pendidikan dan Dasar
Pendidikan Pancasila. Surabaya: Aditama
http://pai.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/Filsafat-Pendidikan-Islam-Tujuan-dan-Fungsinya (diakses: tanggal 08/09/2014).
[1] Jalaluddin, Abdullah Idi, filsafat pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), Hal. 1
[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Granfindo
Persada, 2010).
[3] Ibrahim Madkour, Filsafat Islam Metode dan Penerapan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1993), Hal. 29.
[4] Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), Hal. 5
[5] M. Noorsyam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila,
(Surabaya, 1979), Hal. 39
[6] Hasan Langgulung, op. cit, Hal. 15